• Home
  • Travel
    • Madinah
    • Dieng
    • Garut
  • LifeStyle
    • Tips
    • Fashion
    • Beauty
    • Review
  • Haji & Umrah
    • Tips
  • Privacy Policy

Dunia Khoerunnisa

Everything About Me, My Trip, My Fav, My Life and My Dream



Saat baru saja tiba di Dieng, tempat wisata yang saya kunjungi adalah Telaga Warna. Dengan bermodal Google Map, dari pertigaan Dieng saya berjalan kaki karena sama sekali tidak tahu kendaraan apa yang bisa saya tumpangi dari pertigaan menuju pintu masuk Telaga Warna. Akhirnya setelah beberapa menit berjalan, saya sampai juga di pintu masuk Telaga Warna, namun sebelumnya, untuk mengisi perut saya sempat membeli baso tusuk, rasanya enak dan menghangatkan tubuh saya yang belum terbiasa dengan udara Dieng.

Dieng
Iseng berswa foto sebelum memasuki area Telaga Warna

Fyi, harga tiket masuk ke Telaga Warna yaitu 12.000 rupiah saja, untuk pengunjung domestik (kebetulan saya datang saat weekday), untuk wisatawan mancanegara harga tiket masuknya bisa sepuluh kali lipat, di situlah saya bersyukur sekali jadi warga negara Indonesia 😅.

Telaga warna
Salah satu view Telaga Warna

Nah, saat pertama memasuki area Telaga Warna, saya langsung disuguhi dengan telaga yang warnanya hijau kebiruan, sayangnya view yang saya lihat pertama kali kurang memanjakan mata, karena saat itu telaga sedang surut dan sedang ada renovasi di beberapa bagian, jadi kalau kamu ingin dapat view yang maksimal, coba cari angle yang pas.






 Kalau foto yang di atas lebih epik, bukan? Di area wisata Telaga Warna ini tidak hanya ada telaga, tetapi masih banyak tempat lain yang bisa kamu kunjungi, seperti Gua Semar, Batu Tulis Eyang Purbo Waseso dan masih banyak tempat bersejarah lainnya. Oh ya, Telaga Warna ini masih satu area dengan Telaga Pengilon, dan akan lebih epik viewnya jika dilihat dari Batu Pandang Ratapan Angin.


Yang saya suka dari Telaga Warna ini adalah pemandangannya yang indah, alamnya yang masih asri, jauh dari hiruk pikuk perkotaan serta udaranya yang sejuk. Saat mulai kedingininan tidak lupa saya mencicipi lezatnya kentang goreng khas Dieng dengan bumbu balado yang menggoyang lidah.

Bagi kamu yang ingin mengunjungi tempat ini, dari terminal kota Wonosobo (jika menggunakan kendaraan umum) kamu bisa naik kendaraan sejenis elf menuju Kauman, dari Kauman naik mini bus menuju Dieng. Waktu yang ditempuh dari Terminal Wonosobo kurang lebih sekitar satu jam, selama perjalanan kamu akan disuguhi pemandangan yang luar biasa, Pegunungan yang menjulang, jalanan yang berkelok dan jurang di sisi-sisinya.

Semoga tulisan ini bermanfaat, keep exploring Guys!



12.07 4 komentar

Alhamdulillah saya menutup akhir tahun ini dengan petualangan luar biasa. Seminggu yang lalu saya dan suami diberi kesempatan untuk mengunjungi Dieng. Suasana yang tenang, udaranya yang sejuk, dan penduduk lokalnya yang ramah membuat saya betah berlama-lama di sana, hanya saja saya tidak punya waktu banyak untuk berlibur sehingga tidak semua tempat wisata saya kunjungi. Bagi saya yang tinggal di Karawang yang notabene udaranya cukup panas, udara di Dieng jadi terasa begitu dingin. Untung saja homestay tempat saya menginap memiliki pemanas air di kamar mandi dan lantainya dilapisi karpet, jadi sedikit mengurangi rasa dingin. Mau tahu tempat wisata mana saja yang saya kunjungi selama di Dieng? Yuk simak!

Bukit Sikunir


Bukit Sikunir
View dari puncak Bukit Sikunir



Meski puncak gunung ini berada di ketinggian 2370 MDPL, namun gunung ini lebih sering disebut bukit, karena memang tidak seperti gunung-gunung biasanya yang membutuhkan stamina ekstra untuk mencapai puncaknya, hanya perlu mendaki kurang lebih 30 menit dari tempat parkir dan itu pun sudah disediakan tangga sebagai jalurnya. Hal ini dikarenakan Bukit Sikunir terletak di ketinggian 2263 MDPL jadi untuk mencapai puncak, terasa tidak begitu jauh. Oh ya, pengalaman saya berburu sunrise di Bukit Sikunir adalah pengalaman luar biasa, demi bertemu golden sunrise yang 'katanya' the best sunrise-nya Asia Tenggara, saya harus rela bangun jam 4 dini hari, setelah shalat Subuh saya berangkat menuju Bukit Sikunir dengan melawan dinginnya Dieng (suhunya bisa sampai 14°C) berbekal petunjuk dari Google map dan sedikit arahan dari pemilik homestay. Untung saja pemilik homestay menyediakan sewa motor dengan tarif Rp. 50.000,- sepuasnya, jadi saya bisa berkeliling Dieng tanpa harus berlelah-lelah.

Udara yang dingin, kanan kiri jalan masih terbilang hutan, tempat yang sepi, dan kabut yang tebal cukup membuat saya merinding. Takut? Pasti. Sempat tersesat saat menuju lokasi karena minimnya signal, namun karena berbekal keyakinan akhirnya sampai juga ke Bukit Sikunir meski sedikit terlambat.

Yang membuat saya terkagum-kagum adalah sepanjang perjalanan menuju  Bukit Sikunir, saya disuguhi pemandangan menakjubkan, jika langit masih gelap, dari ketinggian kita bisa menyaksikan lampu-lampu dari rumah penduduk yang berada di dataran lebih rendah, sekaligus diselimuti kabit tipis sebagai penghias, cantik sekali. Ketika langit mulai terang, cantiknya lampu-lampu penduduk akan digantikan oleh lautan awan, putih bak kapas. Bagi penduduk desa Sembungan dan sekitarnya, hal itu menjadi pemandangan lumrah yang biasa disaksikan setiap hari. Fyi, desa Sembungan adalah desa tertinggi di pulau Jawa (2306 MDPL).

Desa Sembungan
View desa Sembungan di siang hari.

Karena sudah diceritakan waktu tempuh menuju puncak Sikunir, pengalaman perjalanan, dan lain sebagainya. Mari kita lihat golden sunrise.


Pemandangan golden sunrise semakin terlihat makin cantik ditemani Sindoro yang menjulang gagah.

Setelah matahari mulai meninggi, dan tubuh butuh amunisi, akhirnya saya turun untuk berburu kuliner.



Jika berkunjung ke Dieng, jangan lupa berburu kuliner khas Dieng yaitu kentang, entah yang digoreng atau diolah dengan macam-macam cara, jangan lupa tempe kemul yang rasanya maknyos di lidah.

Oh ya, saat saya turun dari Bukit Sikunir, saya dan pengunjung yang lain disuguhi dengan pertunjukan calung yang sarat akan kesenian dan budaya Indonesia.

Pertunjukan Calung
Pertunjukan calung di kawasan Bukit Sikunir


Bukit Sikunir sangat cocok sekali dijadikan destinasi wisata untuk berlibur bersama keluarga. Minggu lalu, kebetulan sudah mulai memasuki libur panjang, jadi saat berkunjung ke sana tempatnya cukup ramai, pengunjungnya mulai dari balita sampai lansia.

Jika tidak ingin terlambat menyaksikan golden sunrise dan suka alam bebas, kamu bisa menyewa tenda untuk bermalam di area sekitar Bukit Sikunir.

Mohon maaf bila ada kesalahan, semoga tulisan ini bermanfaat😊


20.33 No komentar

Review Innisfree Perfect UV Protection Cream Triple Care


Halo Skin Care Lovers, apa kabar? Senang sekali rasanya sekarang kita sudah menginjak masa libur panjang. Liburan tidak lepas dari paparan sinar matahari langsung, untuk menangkal sinar UV sebaiknya kita menggunakan tabir surya terlebih dahulu. Kebetulan sekali sekarang saya sedang jatuh cinta-jatuh cintanya terhadap skin care Korea. Untuk kamu pecinta skin care pasti sudah tahu brand yang satu ini, ya Innisfree.


Kali ini saya akan berbagi review, tentang tabir surya yang dikeluarkan oleh brand Innisfree. Bagi saya yang seorang traveler, tabir surya adalah barang wajib yang mesti dibawa, sebab selain melindungi kulit dari paparan sinar UV, tabir surya juga mencegah kulit kita dari berbagai masalah, seperti penuaan dini.




Fyi, Innisfree Perfect UV Protection Cream Triple Care ini mengandung ekstrak minyak biji bunga matahari dan teh hijau Jeju yang berguna untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV. Oh ya, tabir surya ini juga direkomendasikan untuk jenis kulit berminyak, teksturnya yang creamy dan water resistant, sehingga tahan lama untuk digunakan di luar ruangan, meski begitu kita sebaiknya tidak berlama-lama terpapar sinar matahari.


Saya suka sekali dengan tabir surya ini, dengan aksinya yang 3 in 1 memberikan perlindungan anti UV, anti kerut dan mencerahkan wajah, membuat saya awet cantik saat traveling. Awalnya saya kaget saat pertama kali mengaplikasikan tabir surya ini ke wajah saya, karena warnanya memang jauh dengan warna kulit saya. Mungkin karena memang Innisfree ini produk Korea, jadi mengikuti kebanyakan warna kulit mereka. Jadi saat digunakan rasanya ‘jomplang’ sekali dengan kulit saya, tapi setelah diratakan keseluruh wajah, ternyata bisa nge-blend juga dengan kulit. Alhasil wajah saya jadi lebih cerah beberapa tingkat dari aslinya.




Nah, gambar di atas adalah hasil setelah menggunakan Innisfree Perfect UV Protection Cream Triple Care. Untuk harganya setiap penjual berbeda-beda kisaran di atas seratus ribu di bawah dua ratus ribu, memang lebih mahal dari harga produk lokal, tapi kualitasnya memuaskan. Yang membuat saya jatuh cinta dengan produk ini adalah, ketahan lamaannya dalam menjaga kulit saya agar tetap cerah meski beraktivitas di luar ruangan, apalagi jenis kulit saya memang berminyak sehingga make up mudah sekali luntur.

Itulah ulasan saya terhadap Innisfree Perfect Protection Cream Triple Care, semoga bermanfaat.

23.28 2 komentar


Tachophobia



Halo Teman-Teman, apa kabar?

Sebentar lagi libur akhir tahun nih, sudah merencanakan destinasi tujuan? Jika belum, yuk buruan rencanakan liburanmu dengan matang dan segera booking (mumpung sedang banyak promo hihihi).


Oh ya membahas tentang liburan, perjalanan, dan destinasi wisata pasti yang terlintas di pikiran kita adalah semuanya tentang kesenangan, betul?


Padahal sama sekali tidak, meski memang traveling itu menyenangkan, ada beberapa hal di mana kita tidak suka dengan perjalanan kita. Terkait hal-hal yang tidak disukai itu kembali kepada pribadi masing-masing ya. Nah, jika saya pribadi, saya paling tidak suka ketika dalam sebuah perjalanan Tachophobia saya kambuh.


Apa sih Tachophobia itu?

Tachophobia adalah rasa takut terhadap kecepatan, biasanya seseorang yang menderita Tachophobia akan mengalami beberapa gejala seperti panik, jantung berdebar, sakit perut dan lain sebagainya.


Bagi saya yang juga menderita Tachophobia, hal itu sangat tidak menyenangkan. Jika boleh memilih, antara Tachophobia dan mabuk perjalanan, maka tanpa pikir panjang saya akan memilih mabuk perjalanan. Mengapa? Mabuk perjalanan bisa diatasi dengan makanan yang menghangatkan perut, minyak angin, atau kalaupun saya harus (maaf) muntah, sekali muntah saja rasanya perut sudah plong. Berbeda dengan Tachophobia, jika saya dalam sekali jalan saya menempuh perjalanan selama 10 jam, maka bisa jadi saya mengalami kepanikan dalam waktu yang cukup lama.


Naik kendaraan dengan kecepatan di atas 50 km/jam saja rasanya sudah seperti naik roller coaster, saya akan mengalami kepanikan luar biasa. Saya mengalami Tachophobia sejak usia kira-kira 3 tahunan, ketika Tachophobia saya kambuh, otomatis saya akan menangis histeris. Berbeda dengan sekarang, saya akan sangat malu jika saya menangis dalam kendaraan apalagi sampai berteriak-teriak.


Saya mengalami hal memalukan saat Januari lalu naik pesawat, jujur saja itu pengalaman pertama saya. Saat take off, saya kaget luar biasa, sontak saja mengucapkan istighfar berkali-kali. Terbang pertama saya selama 2 jam dari Jakarta menuju Kuala Lumpur itu sangat tidak nyaman, mengingat saya takut sekali akan kecepatan terlebih saat terbang pesawat naik-turun berulang kali, membuat jantung saya seperti dipermainkan. Mulut saya tidak berhenti beristighfar, tangan saya terus memeluk kursi penumpang di depan saya. Itu memalukan, sangat memalukan.


Sampai Kuala Lumpur, tangan dan kaki saya gemetar hebat, jantung saya berdebar dan akhirnya saya menangis sejadi-jadinya. Ke Kuala Lumpur sebenarnya hanya sekadar transit, jadi saya harus naik pesawat lagi dengan durasi terbang yang lebih lama. Saya sepertinya kapok naik pesawat karena pengalaman terbang yang kurang menyenangkan. Bagaimana ini? Melanjutkan perjalanan harus naik pesawat, pulang ke Tanah Air pun naik pesawat. Akhirnya saya naik pesawat lagi untuk melanjutkan perjalanan, namun terbang selanjutnya lebih menyenangkan, horrayyy.


Untuk mengantisipasi terjadinya Tachophobia biasanya saya meminum obat anti mabuk perjalanan, agar saya bisa tidur dan tidak merasa panik. Meski Tachophobia membuat perjalanan saya jadi buruk, tapi apakah saya kapok? Oh tentu tidak, pengalaman buruk dari sebuah perjalanan hanya hal kecil dibanding pelajaran yang bisa saya ambil, jauh lebih kecil jika dibanding pengalaman baiknya. Tachophobia tidak menghalangi saya untuk terus menjelajahi tiap sudut bumi.


Buat Kamu yang menderita Tachophobia tapi suka traveling juga seperti saya, Kamu tak perlu takut. Keep calm! Sepanik apapun, tarik nafas dalam-dalam, pegang erat orang terdekatmu (bagi penderita Tachophobia sebaiknya jangan traveling sendirian. Bawalah kerabat, keluarga, atau pasangan. Biar saat Kamu panik, ia bisa menenangkanmu)


Keep exploring guys.


Semoga bermanfaat!


11.07 5 komentar







Halo Teman-Teman, rasanya sudah lama sekali saya tidak menulis di blog. Di tulisan saya kali ini, saya akan menceritakan pengalaman rock climbing di Gunung Parang, Purwakarta kemarin.


Gunung Parang sendiri terletak di Kabupaten Purwakarta tepatnya Desa Sukamulya dengan ketinggian 930 mdpl, uniknya Gunung Parang ini juga masih satu wilayah dengan Gunung Lembu dan Gunung Bongkok.


Sebenarnya dari tempat saya tinggal menuju lokasi Gunung Parang ini tidak begitu jauh karena saya memang orang Karawang, namun kebetulan perjalanan saya kali ini dimulai dari Tasikmalaya, jadi dari perjalanannya saja sudah membuat Neng lelah. Untungnya seorang sahabat dengan baik hati memberikan tumpangan untuk menginap semalaman ditambah gratis makan malam dengan menu sate maranggi khas Purwakarta dan sarapan gratis.


Untuk akses menuju lokasi Gunung Parang via ferrata, pertama arahkan kendaraanmu menuju Kota Purwakarta, lalu ke Pasar Plered. Bagi Kamu yang tidak membawa kendaraan pribadi tak usah panik kayak di klinik, kendaraan umum bisa mengantarmu sampai pintu pos Badega Gunung Parang. Nah dari Pasar Plered Kamu bisa naik angkutan umum dengan tarif sekitar 17.000 atau ojek dengan tarif 60-70 ribu/orang (kemarin saya naik ojek dengan tarif 32.000/orang itu pun hasil perang tawar dengan si bapak ojeknya hehehe).

Kemarin saya datang ke lokasi Gunung Parang tanpa booking, alhasil pemandunya kaget karena dibilang mendadak, untungnya saya rock climbing pada waktu weekday jadi pendakian sedang sepi-sepinya.


Untuk biaya tiket pendakian, mulai dari 65.000 untuk pendakian 100 meter. Pendakian Gunung Parang via ferrata ini tersedia dalam beberapa ketinggian, semakin tinggi jarak yang kita ambil maka tarif tiket akan semakin mahal. Saya sendiri kemarin ambil ketinggian 300 meter, selain alasan masih newbie dalam dunia rock climbing, budget yang harus saya keluarkan pun masih terbilang murah, yaitu 150.000/orang. Itu sudah termasuk pemandu dan alat-alat keamanan untuk menunjang pendakian kita agar tetap aman.



Sebelum memulai rock climbing, Kamu perlu trekking dulu memasuki kawasan hutan sekitar 15 menit. Menurut saya trekking inilah yang membuat saya sedikit menurunkan nyali, kenapa? “Trekking aja udah capek, apalagi nanti panjat tebing?” begitu lah isi pikiran saya ketika mulai trekking. Mungkin si pemandu tahu kalau saya sedikit kelelahan dari suara nafas saya yang terdengar ngos-ngosan, terus dia bilang “Capek ya Teh? Nanti pas naik mah nggak se-capek ini da…” Ya kata-katanya cukup menghibur saya, saya pikir itu bohong karena biasanya kalau sedang trekking orang-orang selalu bilang “Ayo semangat, sebentar lagi kita sampai pos. Paling 15 menit lagi…” padahal aslinya 1 jam lagi huhuhu. Tapi pemandu itu tidak bohong kok, rock climbing tak se-melelahkan trekking. By the way ngos-ngosan saat trekking saya jadi ingat waktu pendakian ke Gunung Guntur (Baca postingan saya sebelumnya ya..)



Bagi Kamu dan saya yang pemula pun tak perlu takut, ini dijamin aman karena alat-alatnya pun sudah memenuhi standar keamanan, Kamu hanya perlu menaiki satu persatu tangga besi yang sudah tersedia. Hanya saja yang membuat saya sedikit BT itu tiap (kira-kira) 3 meter sekali kita harus memindahkan harnes pada tambang besi, karena pada setiap 3 meter sekali ada hanger yang berfungsi menguatkan tambang besi agar tidak kendor. Kalau Kamu maksa tidak mau memindahkan harnes-nya, dijamin kamu tidak akan bisa melanjutkan perjalanan, karena harnes-mu nyangkut.





Jika Kamu tanya bagaimana rasanya berada di ketinggian begini dengan hanya sebatang besi sebagai pijakan? Jawabanya adalah kaki saya rasanya geli, digelitik oleh ketinggian. Spot ini yang rasanya ngeri-ngeri sedap, dan satu lagi spot yang bisa bikin saya berhenti sesaat untuk berfikir “langkah mana yang harus saya ambil?” yaitu saat turun (tidak sempat saya foto, karena sibuk melangkah untuk turun ditambah hari sudah semakin panas).


Oh ya ada beberapa tips dari saya saat melakukan rock climbing di Gunung Parang:

  1. Booking terlebih dahulu (Agar pemandu tidak kaget dengan kedatanganmu).
  2. Datanglah pagi-pagi sekali agar pendakianmu tak terhambat oleh teriknya matahari.
  3. Gunakan baju lengan panjang dan sunscreen agar kulitmu terlindungi.
  4. Gunakan sarung tangan agar saat Kamu mengaitkan harnes pada tambang besi, kulitmu tidak terjepit seperti saya. Menggunakan sarung tangan juga melindungi tanganmu dari sinar matahari dan panasnya batu serta tangga besi.
  5. Gunakan sepatu atau sandal gunung agar kakimu tidak lecet.

Spot terbaik di Gunung Parang ini (menurut saya) adalah saat jalur horizontal serta view yang langsung menghadap ke waduk Jatiluhur. Indah tiada tara.







Saat turun Kamu akan menemukan spot selfie (dan pacaran) yang bagus, tapi disini tidak sempat saya foto karena kaki saya sudah lemas. Jangankan untuk selfie, untuk jalan saja sempoyongan.

Bonus foto, hasil rock climbing tanpa sarung tangan.



Tulisan ini hanya menggambarkan secuil pengalaman menarik dari pendakian Gunung Parang, Kamu tidak akan menemukan kepuasan apapun dari tulisan ini kecuali Kamu mencobanya sendiri.


Semoga bermanfaat!

https://review.bukalapak.com/c/travel
13.52 No komentar

Assalamualaikum
Alhamdulillah sebentar lagi mendekati musim haji, buat Kamu yang akan melaksanakan ibadah haji atau umrah (terutama bagi yang pertama kali dan belum berpengalaman) saya ada beberapa tips selama berada di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, apa saja sih? Yuk simak!


1. Datang ke Masjid Minimal 1 Jam Sebelum Adzan Berkumandang

Masjidil Haram dan Masjid Nabawi bisa disebut sebagai pusat peribadatan umat Islam dari seluruh dunia, bisa dibayangkan berapa banyak manusia berkumpul di sana apalagi saat musim haji. Meski kedua masjid ini sudah dirancang untuk menampung jamaah dalam jumlah besar, akan lebih baik jika kita datang lebih awal dan mencari tempat salat yang nyaman. Sangat tidak dianjurkan untuk datang terlambat ke masjid, terlebih jika posisi hotel kita jauh jaraknya dari masjid. Berdesakkan dengan jamaah lain memang tidak bisa dihindari, akan tetapi datang  ke masjid lebih awal lebih menguntungkan bukan?. 
Pengalaman pribadi saya saat di Madinah yang waktu itu sedang musim dingin, karena saya telat datang ke Masjid Nabawi, alhasil mau tidak mau saya harus salat di luar masjid yang dinginnya Maa Syaa Allah luar biasa bagi saya si anak tropis ini, belum lagi saya salat di antara tumpukan-tumpukan sandal, wah dari kejadian itu saya bertekad untuk tidak lagi terlambat datang ke masjid hehehehe.

2. Membawa Botol Kosong

Jika tidak ada botol kosong boleh membawa tumbler yang terpenting bisa untuk minum dan bisa buka tutup. Kenapa harus membawa botol kosong? Di  2 masjid ini kita akan banyak menemukan galon-galon air, khusus untuk yang berada di dalam bangunan masjid itu adalah air Zam-Zam sedangkan yang di luar masjid itu hanya air biasa. Jadi sayang sekali jika kita ke masjid tidak membawa botol kosong, mengingat banyak sekali manfaat dari air Zam-Zam ini, di samping setiap galon memang sudah disediakan gelas pelastik sekali pakai untuk alat minum, akan tetapi kita bisa menggunakan botol kosong untuk membawa air zamzam pulang dari masjid, ya anggap saja persediaan minum selama di hotel. 

3. Jangan Lupakan Kantong Pelastik

Setelah berbelanja biasanya kita langsung membuang pelastiknya, padahal saat di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram kantong pelastik sangatlah penting. Untuk apa? Kantong pelastik ini berfungsi membungkus sandal kita sebelum dimasukkan ke dalam tas agar tas kita tidak kotor. Kenapa harus ke dalam tas? memang di setiap pintu masjid disediakan rak-rak yang bisa kita gunakan untuk menyimpan sandal atau sepatu, akan tetapi bagi saya yang malas berdesak-desakkan mencari sepasang sandal sepulang salat, kantong pelastik ini sangatlah berguna, Biasanya setiap kotak rak berisi 3 sampai 4 pasang sandal, yang kemungkinan jika salah satu pemilik sandal mengambil miliknya maka sandal yang lain akan jatuh, lalu tidak sengaja ditendang oleh jamaah lain, dan akhirnya terlempar jauh sejauh mata memandang. Jika sudah begitu sandal kita akan dibersihkan oleh petugas kebersihan masjid lalu dikupulkan di suatu tempat, dan kita harus mencari sandal milik kita diantara puluhan pasang sandal. Sangat merepotkan.

4. Ingat Selalu Nomor Pintu dan Nomor Gerbang

Bagi yang pertama kali berkunjung ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi poin ini sangat penting. Kita harus selalu ingat dari gerbang dan pintu manakah saat kita masuk, karena di sana ada belasan gerbang dan puluhan pintu masuk. Biasanya gerbang yang kita ambil adalah gerbang yang sejalur dari arah hotel yang kita tempati, saat pertama kali menginjakkan kaki di gerbang masjid yang pertama kali harus diingat adalah nomor gerbang, lalu ada apa saja disekitarnya seperti toko A atau toilet atau apa saja yang bisa jadi penanda saat tiba-tiba kita lupa.  Begitu pula saat kita memasuki pintu masjid, ingat nomornya.

5. Toilet yang Cukup Jauh

Posisi toilet memang masih di area halaman masjid, tapi jangan salah jaraknya cukup jauh dari pintu masuk, bisa sampai 100 meteran. Toilet Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi sama-sama memiliki fasilitas eskalator untuk memudahkan jamaahnya. Jika kita melihat begitu banyak kerumunan orang di toilet (terutama toilet wanita) jangan patah semangat, saya punya trik khusus mengantisipasi kemacetan ini. karena toilet berada di ruang bawah tanah, pilihlah toilet yang letaknya berada di lantai paling dasar, karena bisanya kebanyakan orang malas mencari tempat yang lebih jauh jadi keadaan toilet lebih sepi dan lebh bersih. Memang lebih jauh jaraknya, akan tetapi ini lebih baik dari pada harus mengantri lama, betul?

6. Belum Makan? Tidak Usah Takut

Salah satu persamaan dari kedua masjid ini sama-sama memiliki pelataran masjid yang super luas, bisa kita gunakan untuk bersantai-santai, tidur atau makan sekali pun. Saat saya berjalan-jalan sendirian di pelataran Masjidil Haram saya banyak menemukan orang-orang India dan Pakistan sedang bersantai, saya pun berpikir "sepertinya menyenagkan". Ada banyak penjual makanan diluar Masjidil Haram dengan harga yang variatif mulai dari 2 SAR sampai 50 SAR pun ada, tinggal kita cocokkan dengan kondisi kantong kita.


7. Siapkan Uang untuk Bersedekah

Saat akan menuju Masjidil Haram atau Majid Nabawi kita akan banyak menemui para Tunawisma yang meminta sedekah, sebaiknya kita menyiapkan uang sebelumnya, jangan mengambil dari dompet atau uang recehan masih bercampur dengan nominal yang cukup besar, karena bisa-bisa uang kita bisa langsung dijambret. Bukan saya melarang untuk bersedekah dengan nominal yang besar, akan tetapi secara pengalaman pribadi saya pernah mengalami kejadian seperti ini, nia bersedekah malah dijambret. Oh ya, jika di Mekkah kita akan menemui anak kecil berkulit hitam duduk di sekitaran jalan menuju Masjidil haram, ia meminta sedekah kepada siapa saja yang berlalu lalang dengan menyerukan " Aaaalibaabaa...", unik sekali.


Nah begitulah tips dari saya kurang lebihnya mohon maaf, semoga bermanfaat!

14.35 4 komentar


Tips Traveling Hemat


Hallo Travellers....
Baru kemarin libur lebaran tapi sudah mau traveling lagi? Budget masih tipis tapi kaki sudah gatal mau melancong.
Kamu tidak usah takut, Kamu masih bisa ber-traveling ria dan tentunya low budget. Mau? Yuk simak tipsnya!

1. Gunakan Kendaraan Umum

Saat kamu memutuskan untuk menjadi traveler, gunakanlah kendaraan umum sebagai alat tranportasimu. Kenapa? Karena kendaraan umum relatif lebih murah dibandingkan dengan membawa kendaraan pribadi atau menggunakan taxi. Membawa kendaraan pribadi memang lebih memudahkan kita mencapai destinasi tujuan tanpa harus naik turun kendaraan, akan tetapi cobalah pertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan bakar, biaya parkir, biaya tol dan lain sebagainya. Nah jika sudah sampai di tempat tujuan, sekiranya masih bisa dicapai dengan berjalan kaki maka berjalan menjadi pilihan jika Kamu memang benar-benar ingin traveling dengan hemat. Selain hemat, berjalan kaki juga membuatmu lebih sehat, betul?

2. Jangan Gengsi

Saat perutmu minta diisi, jangan tunda. Itu demi kesehatanmu. Tapi ingat travelingmu adalah low budget traveling jadi tetap perhatikan budget yang harus dikeluarkan. Jangan gengsi untuk makan di pinggir jalan atau pedagang-pedagang kaki lima untuk menghemat pengeluaran travellingmu. Pilihlah menu sederhana asal mencukupi nutrisi yang dibutuhkan tubuhmu dan yang terpenting Kamu kenyang!

3. Bawa Bekal dari Rumah

Kedengarannya memang aneh, tapi ini berguna untuk Kamu yang mau low budget traveling. Bawalah cemilan seperti roti, snack, air putih, dan lain sebagainya untuk jaga-jaga saat Kamu kelaparan di perjalanan. Dengan membawa makanan dari rumah Kamu bisa menghemat pengeluaran karena jajanan di tempat tujuanmu bisa saja lebih mahal bukan? 
Bawa juga botol air minum yang sebelumnya sudah kamu isi di rumah, saat traveling kamu tidak boleh dehidrasi tapi tetap low budget.

5. Pilihlah Penginapan Murah, Bukan Hotel Mewah

Saat Kamu harus menginap, maka menginaplah di penginapan yang cocok dengan kantongmu. Atau di beberapa kota seperti di Jogja ada penginapan khusus backpacker tanpa dipungut biaya. Nah kesempatan ini tidak boleh Kamu sia-siakan. Maka dari itu penting sekali untuk mencari informasi sedetail mungkin tentang destinasi tujuanmu jauh-jauh hari sebelum Kamu memutuskan untuk pergi. Atau Kamu bisa traveling ke kota dimana ada kerabatmu tinggal, tentu ini bisa menghemat pengeluaranmu karena kamu bisa menginap, makan dan diantar kemana pun  Kamu mau secara gratis, lumayan kan hehehehehe.

6. Jangan Laundry Bajumu

Setelah beberapa hari traveling banyak bajumu yang kotor, Kamu berniat mencuci bajumu dengan jasa laundry yang ada di penginapan. Lebih baik jangan, cuci bajumu sendiri untuk menghemat budget atau tidak usah dicuci pun tidak apa-apa. Siapa yang akan peduli?

7. Belanja di Pasar Loak

Rasanya kurang lengkap jalan-jalan tanpa membeli oleh-oleh. Membeli oleh-oleh sah-sah saja asal tahu tempat dan pintar nego. Jangan berbelanja di puat perbelanjaan atau mall, pilihlah pasar loak dengan harga miring dan juga bisa kamu tawar untuk menghemat budget. Jangan kalap saat berbelanja, beli lah sesuatu yang Kamu butuhkan dan jangan terlalu banyak.

Oke Travellers, itulah tips low budget traveling dari saya, kurang lebihnya mohon maaf. Keep exploring Guys!



10.44 2 komentar


Hallo lebaran kemarin pada kemana nih? Sibuk mudik apa sibuk tidur? Hehehehehe.
Di kesempatan ini saya akan berbagi cerita dan pengalaman saya selama pendakian Gunung Guntur. Sekedar info bahwa Gunung Guntur ini berada di daerah Sirnajaya, Tarogong Kaler, Garut dengan ketinggian 2.249 mdpl, meski ada beberapa jalur pendakian yang bisa diakses para pendaki, tetapi jalur pendakian paling populer adalah via Citiis salah satu alasannya adalah mudah dilalui oleh kendaraan.

Gunung ini terbilang pendek dibandingkan gunung-gunung lain, namun memiliki keunikan tersndiri yang mampu menarik minat para pendaki untuk menjajal treknya yang katanya 'nyebelin'. Salah satu keunikan Gunung Guntur ini adalah puncaknya yang berwarna kecoklatan bila dilihat dari jarak jauh, hal ini disebabkan karena jarangnya pepohonan yang tumbuh di area puncak dan tekstur tanahnya yang berpasir serta berkerikil.

Jujur, ini adalah pendakian pertama saya, karena masih newbie jadi saya ikut open trip. Meski open trip peralatan outdoor saya cukup lengkap sehingga barang bawaan saya lumayan berat. 1 carrier berisi semua kebutuhan saya dan suami karena saya hanya membawa backpack, alhasil suami saya yang juga msih newbie kewalahan mengangkat beban yang diperkirakan mencapai 20 kg, untung saja kawan-kawan seperjalanan kami baik hati dan tidak sombong, jadi mereka dengan senang hati membawakan carrier suami saya secara bergantian, maaf ya kita merepotkan sekali kemarin.

Sebelum mencapai basecamp Gunung Guntur, rombongan kami sempat mengalami insiden kecil. Mobil kami dengan tidak sengaja memasuki area hutan sekitar pukul 4 pagi, ditambah ban mobil belakang yang kami tumpangi pecah sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu. Itu pengalaman yang menarik bagi saya, karena di tempat itulah pertama kali saya salat di tengah hutan hehehehe.

Akhirnya kami sampai di basecamp sekitar pukul 6 pagi, saya langsung membersihkan wajah dan menggosok gigi di toilet umum karena untuk mandi butuh nyali ekstra. Setelah itu sambil menunggu sarapan datang, saya duduk-duduk santai sambil menghirup udara pagi diiringi lelucon kawan-kawan yang mengocok perut saya.


Pendakian dimulai sekitar pukul 8 pagi, meski foto diatas terlihat mendung tetapi aslinya cukup panas dan membuat saya dehidrasi lebih cepat. Baru beberapa langkah saja rasanya dada saya sudah sesak mungkin karena saya ada riwayat paru-paru, bahkan sempat tersirat di pikiran saya "Bisa gak ya sampai puncak?" dan "Gimana kalo saya mati disini?". Malu kalau saya harus jujur, tapi bahaya juga kalau saya tutup-tutupi. Tetapi ebelum saya sempat mengaku dada saya sesak, suami malah saya malah menghentikan langkah karena kewalahan membawa carrier, setelah dibongkar ternyata yang memberatkan adalah air, jadilah air-air kita dibagi dengan tim, carrier suami dibawa oleh ketua rombongan dan backpack saya dibawa suami, alhasil saya tidak membawa apa-apa kecuali trekking pole. 


Meski tidak membawa beban saya termasuk orang yang boros air, perjalanan dari basecamp sampai pos satu (dengan jarak tempuh kurang lebih 3 jam) saya sudah menghabiskan 2 liter air. Karena bagi saya air adala pelarian ketika saya merasa lelah atau ketika napas saya mulai tersengal-sengal. Di saat break, saya tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan, saat break saya harus duduk dan mengatur napas agar bisa melanjutkan perjalanan, dan jangan lupa minum.



Pos 1

Setelah berjam-jam berjalan di bawah terik matahari, akhirnya kami masuk juga di zona rimba yang sama artinya kami sudah sampai di pos 1. Karena ini zona rimba, udaranya sangat sejuk dan suara gemericik air menambah keindahan alamnya. Di pos satu ini juga kami bisa duduk-duduk santai, ada juga warung yang menyediakan berbagai macam jajanan yang bisa mengganjal perut. Jika ingin buang air, di pos satu ini ada toilet (baca: jamban) yang bisa kita gunakan. Gunung Guntur ini airnya cukup melimpah, tapi hanya dari pos 1 sampai pos 3 saja atau area camp.





Setelah duduk sejenak, saya dan tim kembali melanjutkan perjalanan, pakaian yang saya kenakan basah akibat keringat, dan ketika memasuki zona rimba dan udaranya yang sejuk keringat saya malah berubah jadi dingin. Kata ketua rombongan saya, pos 2 tidak ada jadi langsung menuju pos 3. Nah disinilah trek yang paling menyebalkan bagi saya, yaitu memanjat batu-batu besar nan terjal sampai kaki dan tangan saya lemas. Benar kata mereka bahwa Gunung Guntur adalah gunung yang "Dekat di Mata Lemas di Kaki"

Sayangnya di trek bebatuan ini saya tidak sempat mengambil gambar, mungkin saking lemasnya sehingga saya tidak mood berfoto-foto ria, jadi biar Kamu juga penasaran hehehhe, lagi pula saat waktunya break saya hanya sibuk minum atau mengatur nafas jadi tidak sempat mengambil gambar. Setelah hampir satu jam merangkak-rangkak, memanjat dan bergelantungan ( bohong lebay, serius amat bacanya) akhirnya kita keluar dari zona rimba dan kembali berjalan di bawah terik matahari. Saat berjalan saya tidak terlalu fokus mengamati keadaan sekitar, saya tidak tahu benda apa saja yang saya temui, saya tidak tahu tanaman apa saja yang saya lewati karena yang ada di pikiran saya adalah "kapan sampai?"

Pos 3


Dan saat paling membahagiakan adalah ketika saya sampai di pos 3, udara sejuk langsung menyambut saya yang kepanasan. Ditambah air nya yang sejuk dan menyegarkan, kalau saya bilang air disana rasanya seperti "Galon Bapak" karena bapak mertua saya punya dispenser yang ada pendinginnya (katrok kan? heheheh).

Disini pula saya merasa bersedih karena tidak ada warung dan toilet, sumber air memang dekat tapi untuk memenuhi pengeluaran saya sebagai seorang manusia mau tidak mau zat-zat yang tidak berguna dari tubuh saya harus dikeluarkan di antara semak-semak belukar dan terkadang harus bertemu dengan zat-zat tidak berguna milik orang lain dan itu mengerikan, karena ini pertama kali saya merasakan kehidupan alam liar. Dari tempat kami mendirikan tenda ke sumber air berjarak sekitar 250-300 meter cukup jauh ditambah saya harus menuruni banyak turunan, jadi untuk sekali buang air atau mengambil air cukup membuat dengkul saya sakit.






Tempat saya dan tim mendirikan tenda posisi tanahnya cukup miring dengan tekstur tanahnya berbatu dan berpasir, disini kita sudah mulai rawan terpeleset jadi harus ekstra hati-hati saat berjalan. Karena disekitar kami jarang ada pepohonan, di siang hari rasanya panas sekali, jika di musim penghujan rawan terkena sambaran petir. Meski begitu viewnya keren banget, saya bisa lihat pemandangan kota Garut dari ketinggian.


Pemandangan kota Garut akan jauh lebih indah saat malam hari, karena seolah-olah kita melihat bintang ada di atas langit dan di bawah gunung karena kilauan lampu-lampu bangunan, lampu-lampu jalan, dan lampu-lampu lainnya. Pemandangan ini bisa dinikmati bersama secangkir teh, kopi atau coklat panas untuk sekedar menghangatkan tubuh (itu sih bagi yang jomblo ya).



Saya pikir di puncak treknya lebih mudah, karena dari tempat saya nge-camp tidak jauh seperti bukit-bukit yang biasa saya jumpai saat melalui jalan tol hehehehe. tapi faktanya jauh lebih sulit, istilahnya naik 5 langkah, turun 2 langkah. kerikil dan pasir menghambat langkah saya dan tim, jadi kami harus pintar-pintar memilih pijakan. Katanya sih Gunung Guntur itu miniaturnya Gunung Semeru.

Kami mulai summit pukul 4 pagi, udara yang cukup dingin mengganggu pernapasan saya, dada yang sesak dan udara dingin berhasil membuat saya semakin kesulitan, sehingga saya lebih sering berhenti hanya untuk mengambil napas panjang dan minum air. terbesit dalam pikiran saya untuk menyerah, tapi itu pantangan buat saya.  Akhirnya setelah berjam-jam kami berjalan dan tentunya penuh perjuangan, akhirnya kami sampai di tempat dimana kita harus merangkak-rangkak sampai puncak.


Kelelahan saya dan tim akhirnya terbayar ketika sang surya mulai muncul dan menampakkan sinarnya, gumpalan-gumpalan awal membentuk seperti ombak, cantik sekali. saya pun menyempatkan diri untuk duduk santai menikmati lukisan alam, dan mengabadikan momen dalam beberapa jepretan gambar.


Ada kebanggan tersendiri saat saya bisa bisa mencapai titik ini, saat kami sedang duduk-duduk suami saya bilang "Kemarin kita ada di ketinggian karena naik pesawat, sekarang kita di ketinggian karena naik gunung, makasih ya udah bawa saya ke tempat ini"
Seketika ituu pula hati saya luluh, hehehehe.
Selonjoran dulu 

Taraaaaaa akhirnya saya bisa sampai puncak, baru sampai puncak satu ya belum puncak-puncak yang lain. Di belakang saya ada puncak dua dan alhamdulillah juga saya bisa menginjakkan kaki disana meski persediaan makanan dan minuman sudah habis, jadi saya belum bisa mencapai puncak 3. Sensasi yang tidak bisa saya lupakan saat di puncak adalah awannya yang seperti kabut berterbangan menerpa wajah saya, rasanya sejuk meski terik matahari tak mau kalah.




Perkenalkan ini kita, Nyeok adventure dari Karawang

Ekspresi lelah saat turun gunung.


Jika Kamu ingin mencoba sensasi mendaki Gunung Guntur, jangan lupa membawa gaiter dan trekking pole karena tekstur tanahnya yang berkerikil dan berpasir, gaiter untuk melindungi kerikil masuk ke dalam sepatu dan melukai kaki, sedangkan trekking pole membantu menahan tubuh kita agar tidak jatuh saat naik atau turun gunung. Trek disini cukup ganas, karena saya banyak menemukan sol sepatu terbuang begitu saja, ada pula teman seperjalanan saya sepatunya jebol saat summit. Oh ya, karena sumber air hanya sampai pos 3, sebaiknya saat summit membawa air dan makanan yang cukup.   

Oke, sekian catatan saya kali ini, mohon maaf bila ada kekurangan. Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.








12.00 No komentar


Assalamualaikum

Alhamdulillah tidak terasa sekarang sudah menginjak pertengahan bulan Ramadhan, semangat terus puasanya ya. Sekarang saya akan ceritakan pengalaman saya di Masjd Quba, tapi saya mohon maaf disini saya hanya akan menampilkan beberapa foto saja karena banyak foto-foto saya yang hilang selama perjalanan umrah kemarin dan jujur itu rasanya nyesek banget hehehehe.

Masjid Quba ini adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah pada tahun 1 Hijriyah atau 622M di Quba, yang jaraknya sekitar 5 Km sebelah tenggara kota Madinah. Jadi bisa diperkirakan perjalanan dari Masjid Nabawi ke Masjid Quba hanya sekitar10-15 menit mengendarai bis.

Hal pertama yang saya kagumi dari masjid ini adalah arsitekturnya yang sederhana dengan didominasi warna putih namun kuat akan nilai sejarahnya serta memiliki keistimewaan tersendiri sampai diabadikan dalam Al-Qur'an.

"Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri " (At Taubah, 108).


Di Masjid Quba ini kita juga akan menemukan banyak sekali burung merpati terbang bebas, jadi kita juga sekalian bisa bersantai sambil memberi makan burung. Di sisi masjid ditumbuhi banyak pohon kurma, sehingga kita bisa duduk-duduk dibawah pohonnya yang rindang. Ada banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya di sana, bahkan ada beberapa penjual yang menerima uang rupiah.

Meski telah berkali-kali direnovasi dan diperluas, Masjid Quba ini masih terasa sempit bagi saya karena untuk menuju tempat salat khusus wanita saja harus berdesak-desakkan dengan jama'ah lain, mungkin karena waktu itu Jama'ah sedang lumayan banyak. Ditambah jalur naik dan turun tidak dibedakan (koreksi jika saya salah, sebab ini perjalanan saya 6 bulan lalu jadi agak lupa-lupa ingat heheheh) alhasil jalur ini makin padat dan makin berdesak-desakkan.

Ada cerita unik dan lucu yang saya alami di masjid ini, ketika saya sedang berdesak-desakkan menaiki tangga menuju tempat salat. Selama menaiki anak tangga saya harus mengangkat sepatu saya ke atas kerena waktu itu sepatu saya dalam keadaan basah sehabis dari toilet, saya takut sepatu basah saya mengenai pakaian orang lain lalu menjadikannya mutanajis. Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu jama'ah dari Indonesia nyeletuk "Turunin aja sepatunya"
Pada saat itu juga sontak saya menjawab "Nanti kena orang, takut najis"
Ibu-ibu itu diam seribu bahasa, di belakangnya ada ibu-ibu lagi (masih dari Indonesia) mengacungkan jempol untuk saya, ia bilang "Bagus!"
Alhamdulillah, ternyata tindakan saya mengacungkan sepatu ternyata tidak salah dan mendapatkan respon positif dari orang lain.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah jangan mudah menghakimi atas apa yang orang lain lakukan, mungkin saja ada hal positif di luar jangkauan pikiran kita.

Semoga tulisan ini bermanfaat, salam sayang.

Lilis Khoerunnisa.





21.49 No komentar

Assalamualaikum


Bagaimana puasa hari ini, lancar? Semoga kita semua diberi kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa tahun ini, aamiin. Oh ya, di kesempatan kali ini saya akan me-review salah satu seri dari Wardah yaitu Wardah Haji dan Umrah Series, tetap simak ya!

Series dari Wardah yang satu ini memang sangat cocok dibawa saat Umrah, Haji atau kegiatan traveling karena sangat praktis, selain itu formulanya juga ringan, tidak mengandung parfum dan tidak beralkohol sehinnga membuat para Muslimah tidak lagi ragu untuk menggunakannya saat beribadah.

Sekedar info dalam satu paket terdiri dari Sunscreen Gel SPF 30. Anti Prespirant Deodoran, Head to Toe Cleanser, Moist Plus dan bonusnya ada pouch, botol spray, tas serut dan buku Panduan Praktis Ibadah Haji dan Umrah, harganya cukup terjangkau untuk harga kosmetik dalam satu paket yaitu sekitar 135.000 rupiah.


Sunscreen SPF 30

Bagi para Traveler sunscreen adalah barang wajib, kenapa? karena sunscreen berguna untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari, sehingga efek buruk dari sinar UV A dan UV B bisa diminimalisir.

Terlebih sunscreen pada series ini dirancang (khususnya) bagi muslimah yang melaksanakan ibadah Haji dan Umrah, sehingga tidak mengandung parfume, dingin, serta terasa nyaman digunakan. Suncreen ini juga mengandung Vitamin E sebagai antioksidan, aloe vera serta pro Vit.B5 untuk menjaga kelembaban kulit, mengingat udara di tanah Arab memang panas, jadi sunscreen dengan SPF 30 cukup untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari.

Head to Toe Cleanser

Ini yang paling saya suka dari Wardah Haji dan Umrah Series, kenapa? karena dengan hanya membawa 1 tube Wardah Head to Toe Cleanser saya tidak perlu lagi membawa sabun pembersih wajah, sabun dan sampo, jadi bisa menghemat tempat dan tidak berat tentunya. 

 Kemasannya mirip bahkan sangat mirip dengan sunscreen sehingga kita agak sulit membedakannya, jadi sebelum menggunakan kita harus benar-benar jeli membaca tulisan kemasan agar kita tidak salah menggunakan sunscreen untuk mandi dan keramas atau menggunakan Head to toe Cleanser sebelum keluar ruangan. hehehehe

Teksturnya lembut, tidak wangi dan tidak berbusa, mandi dan keramas dengan Head to Toe Cleanser ini rasanya seperti tidak mandi, serius, coba saja! :D





Anti Perspirant Deodoant


Deodoran ini membantu mengurangi keringat berlebih, dengan formulanya yang dingin dan ringan di kulit membuat kita tetap merasa nyaman meski berada di luar ruangan. Deodoran ini juga mengandung Allantoin di dalamnya yang membantu melindungi kulit dari iritasi.


Moist Plus

Januari kemarin kebetulan Madinah sedang dalam musim dingin, kulit anak tropis seperti saya langsung kaget, efeknya kering, bersisik, gatal, bibir dan tumit jadi pecah-pecah, untungnya ada Moist Plus dari Wardah jadi bisa langsung oles-oles ke bagian kulit yang membutuhkan kelembaban ekstra. Teksturnya oily mirip dengan Vaseline, bisa di aplikasikan ke seluruh tubuh bahkan wajah sekalipun. Saat musim dingin kulit kehilangan kelembaban alaminya, jadi meskipun kulit wajah saya tipe kulit berminyak dengan mengaplikasikan Wardah Moist Plus wajah saya jadi lembab, bukan kelebihan minyak.



Botol Spray

Menurut saya botol spray ini sangat berguna sekali saat kita sedang atau setelah thawaf, karena suhu di Mekkah lebih panas dibandingkan dengan Madinah. Apa gunanya? Gunanya botol ini bisa diisi dengan air Zam-Zam yang bisa kita ambil di setiap sudut masjid, lalu semprotkan pada wajah. 

Botol spray yang kecil seperti ini membuat saya betah membawanya kemana-mana, cukup diselipkan di dalam tas lalu semprotkan pada wajah saat dibutuhkan, hasilnya wajah jadi segar sekali.





Selain botol spray, bonus dari Wardah Haji dan Umrah Series ini ada tas serut, pouch dan buku panduan. Semuanya inshaa Allah bermanfaat untuk kita selama perjalanan haji atau umrah. Sejauh ini saya suka semua produknya, karena semuanya bermanfaat sekali hanya saja Head to Toe Washnya yang menurut saya kurang bikin segar, tapi saya mengerti, karena Wardah berusaha menciptakan produk yang memenuhi syarat-syarat ihram (tidak mengandung wewangian).


Terima kasih Wardah yang telah dengan setia menemani perjalanan saya.



14.01 1 komentar
Newer Posts
Older Posts

Portofolio

Brown Grey Creative Modern Online Portfolio oleh Lilis khoerunisa

About me




Seorang wanita biasa yang lahir di Karawang, 04 Januari 1996. Hidup di tengah keluarga yang biasa, juga latar belakang pendidikan yang biasa. Meski begitu, ia tak pernah menyerah memperjuangkan mimpinya yang luar biasa

Total Tayangan Halaman

Follow Us

Blog Archive

  • ►  2024 (3)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2023 (4)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2022 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2021 (6)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2020 (5)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (10)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2018 (17)
    • ▼  Desember (3)
      • Explore Dieng; Cantiknya Telaga Warna
      • Explore Dieng; Berburu Sunrise di Bukit Sikunir
      • Review Innisfree Perfect UV Protection Cream Tripl...
    • ►  November (1)
      • Traveler yang Menderita Tachophobia
    • ►  September (1)
      • Ekstremnya Badega Gunung Parang
    • ►  Juli (2)
      • Tips Selama Berada di Masjidil Haram dan Masjid Na...
      • Mau Traveling Hemat? Simak Tipsnya!
    • ►  Juni (2)
      • Gunung Guntur si Cantik tapi 'Nyebelin'
      • Pagi itu di Masjid Quba
    • ►  Mei (3)
      • Review Wardah Haji dan Umrah Series
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (1)

Labels

Beauty Bisnis Haji & Umrah Innisfree Kuliner Laneige Nacific. Nature Republic Opini Oriflame Pond's Puasa Review Sehat Sejarah Skin Aqua Skincare Society St. Ives Tips Travel Wardah

Hot Items

  • Tips Agar Tetap Sehat saat Berpuasa
    Yeaayyyyyy, Ramadhan sudah di depan mata. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia, penuh berkah, ampunan serta rahmat, memang sudah se...
loading...


FOLLOW ME @INSTAGRAM






Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates